Jumat, 14 Agustus 2009

Keluarga dan masyarakat

DAFTAR ISI

A. BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA
Ayat Hafalan
1. Keluarga Tanpa Anak
2. Orang yang Tidak Pernah Menikah
3. Rumah Tangga Dengan Orang Tua yang Hanya Satu
4. Orang yang Bercerai
5. Jika Hanya Satu yang Kristen

B. KELUARGA DAN MASYARAKAT
1. Upacara Pernikahan
2. Keluarga Besar/Sanak Saudara
3. Muliakanlah Allah dalam Rumah Anda
4. Keluarga Anda dan Gereja
5. Keluarga Anda dan Orang lain

DOA

______________________________________________________________________


KELUARGA DAN MASYARAKAT
=======================

A. BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA

Ayat Hafalan:

"Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang hidup seperti yang telah
ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti ia waktu
dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua
jemaat." 1Ko 7:17.

Ketika kita berpikir tentang sebuah keluarga, biasanya kita berpikir
tentang sepasang suami istri dan anak-anak mereka. Dalam pelajaran
ini kita akan melihat pola keluarga yang berbeda; Ada pasangan suami
istri yang tidak mempunyai anak; dalam ada keluarga yang hanya
memiliki satu orang tua; Selain itu ada juga orang-orang yang tetap
tinggal sendiri (membujang). Allah bisa menghormati dan memberkati
semua pola keluarga ini jika semua anggota keluarga tersebut mau
menyerahkan diri kepada Tuhan.

1. Keluarga Tanpa Anak

a. Pola Perjanjian Lama

Pada masa Perjanjian Lama (PL), mempunyai banyak anak dianggap
sebagai berkat bagi keluarga. Banyak anak artinya Tuhan berpihak
pada mereka. "Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur
di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang
laki-laki yang takut akan TUHAN." (Maz 128:3-4). Sebaliknya, tidak
mempunyai anak dianggap sebagai aib, suatu tanda bahwa Allah tidak
memberkati mereka. Namun di pihak lain, kita juga melihat bahwa
tanpa anak, keluarga PL sebenarnya masih dihargai. Elkana berkata
kepada istrinya Hana yang tidak memunyai anak, "Bukankah engkau
lebih berharga bagiku daripada sepuluh anak laki-laki?" (1Sa 1:8).

Bangsa Israel tinggal di antara bangsa-bangsa penyembah dewa-dewa
kesuburan. Namun bangsa Israel memandang Allah sebagai pemberi
hidup dan berkat satu-satunya, "buah kandunganmu, hasil bumimu dan
hasil ternakmu." (Ula 28:4). Bacalah Kej 30:1-2 untuk mendengarkan
tangisan Rahel yang mengeluh pada suaminya karena tidak memiliki
anak. Yakub, suaminya marah, dan menjawab "Akukah pengganti Allah
yang telah menghalangi engkau mengandung?"

b. Penekanan yang Baru Bersama Yesus

Dalam Perjanjian Baru (PB), setelah kedatangan Sang Mesias,
Penebus, ada perubahan sikap terhadap ibu. Ada perubahan secara
berangsur-angsur tentang pemikiran bahwa memunyai anak adalah hal
yang paling utama bagi wanita. Nilai dari seorang wanita tidak
lagi tergantung pada jumlah anak yang dilahirkannya. Titik berat
beralih dari kelahiran secara fisik menjadi kelahiran secara
rohani - yaitu jalan masuk ke dalam keluarga Allah melalui iman
kepada Tuhan Yesus Kristus. Tentang hal memunyai anak disebutkan
dalam 1Ti 5. Paulus menasihatkan untuk menangani masalah janda-
janda yang masih muda, mengikuti apa yang diinginkan oleh budaya
setempat, supaya menikah lagi dan mempunyai anak. Alasannya adalah
masalah moral (1Ti 5:11) dan arti dari suatu kehidupan (1Ti 5:16).
Mereka tidak ingin gereja dibebani dengan menghidupi orang-orang
muda tanpa sumber penghasilan untuk masa yang panjang.

c. Banyak Karunia

Tuhan Yesus menghormati dan merawat ibu-Nya. Tapi, Yesus
menunjukkan bahwa seorang wanita tidak dihargai dalam pandangan
Allah karena kemampuannya melahirkan anak, namun karena melakukan
kehendak Tuhan. Bacalah dalam Luk 11:27 tentang wanita yang
berteriak di antara orang banyak, "Berbahagialah ibu yang telah
mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Yesus
menjawab, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman
Allah dan yang memelihara-Nya." Ada banyak karunia lain yang dapat
diberikan di samping anak-anak, dan karunia tersebut sama
pentingnya. Seseorang dapat menyenangkan Allah dengan memunyai
anak atau tanpa anak.

d. Beberapa Kepercayaan yang Salah.

Kepercayaan salah yang pertama: "Tidak punya anak selalu merupakan
kesalahan istri."

Yang Benar: Tidak demikian! Tidak memunyai anak tidak seharusnya
dianggap sebagai "kesalahan" suami atau pun istri, terutama istri.
Saat ini, banyak yang dapat dilakukan secara medis untuk menolong
pasangan yang tidak memunyai anak, dan mereka hendaknya tidak
ragu-ragu untuk meminta nasihat dari dokter yang kompeten.

Kepercayaan salah yang kedua: "Tidak mempunyai anak berarti
pernikahan itu gagal."

Yang Benar: Tidak demikian! Meskipun tidak ada anak-anak yang
dilahirkan, ada banyak alasan untuk pernikahan tetap bertahan,
berbahagia dan diberkati. Memunyai anak hanya salah satu alasan
adanya pernikahan. Dapat saling memberikan kasih, membantu untuk
menjadi apa yang Allah inginkan, menguatkan dan menghibur -
semuanya itu dapat memberikan kepuasan yang penuh. Kemampuan untuk
dapat melahirkan anak tidak membuktikan apa-apa kecuali bahwa Anda
memang bisa melahirkan anak. Ada jauh lebih banyak lagi yang
diperlukan untuk membuat seseorang menjadi seorang suami atau
istri yang baik, menjadi seorang ibu atau ayah yang baik.

Kepercayaan salah yang ketiga: "Tidak mempunyai anak merupakan
hukuman Allah atas dosa."

Yang Benar: Tidak demikian! Tidak dikaruniai anak bukanlah tanda
bahwa Allah sedang menghukum dosa kita. Anak adalah karunia Allah,
dan Allah memunyai banyak karunia lain yang bisa diberikan.

Kepercayaan salah yang keempat: "Jika mereka berdoa dengan sungguh-
sungguh, mereka pasti akan mendapatkan anak."

Yang Benar: Tidak selalu! Jika sepasang suami istri mengasihi
Allah, mereka harus percaya bahwa apa pun yang diberikan kepada
mereka adalah yang terbaik, dan bukan terbaik nomor dua. Jika
pasangan telah berkonsultasi dengan dokter yang baik dan sudah
melaksanakan nasihatnya dan berdoa dengan sungguh-sungguh supaya
diberikan anak - namun kemudian tidak ada anak yang dilahirkan,
Tuhan memunyai sesuatu yang lebih baik bagi pasangan tersebut.

2. Rumah Tangga dengan Orang Tua Tunggal

Ada keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua (orang tua tunggal).
Hal ini bisa disebabkan karena kematian, perceraian, atau karena
hidup yang tidak bertanggung jawab sehingga memiliki anak di luar
nikah. Yang cocok bagi Allah adalah sebuah rumah tangga yang memunyai
ayah dan ibu yang mengasihi. Tetapi, banyak orang yang akhirnya
membesarkan anak-anak seorang diri. Tapi bagaimanapun, kita patut
berterima kasih kepada orang tua tunggal yang rela menerima tanggung
jawab ini.

Ketika anak-anak kehilangan satu orang tua karena kematian, maka
orang tua yang masih hidup memunyai tugas yang berat untuk mengasuh
anak-anak sendirian sementara masih berduka dan menyesuaikan diri
karena kehilangan pasangannya. Sedangkan mereka yang gagal mengikuti
rencana Allah dan sekarang harus merawat anak di luar nikah, hal ini
juga menjadi tugas yang berat. Mereka bergumul mencari kehidupan yang
baik bagi anak-anaknya agar dapat bertumbuh sesuai dengan yang Tuhan
kehendaki. Tetapi Allah menerima kita apa adanya, karena Dia
mengasihi kita. Dia mengampuni kehidupan kita yang keluar dari
rencana-Nya dan gagal menerima berkat-berkat yang sudah disiapkan
bagi kita. Maka kita harus menerima pengampunan itu dan mulai hidup
dalam jalan-Nya dan mendidik anak-anak menurut jalan Tuhan (Ams
22:6).

3. Orang yang Tidak Pernah Menikah

Biasanya seorang pria atau wanita pasti menikah. Namun ada
perkecualian. Anda tidak harus menikah untuk mendapatkan kehidupan
yang penuh dan bahagia. Rasul Paulus memberikan nasihat yang baik
dalam 1Ko 7:17 saat dia berkata, "Selanjutnya hendaklah tiap-tiap
orang hidup tetap seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan
dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah." Orang-orang yang
mempunyai karunia untuk hidup sendiri "demi Kerajaan Allah" mampu
untuk bertumbuh dalam kedewasaan sebagai pribadi-pribadi yang
mengasihi tanpa harus melewati sebuah pernikahan. Mereka
mempersembahkan seluruh hidup mereka untuk melayani Tuhan. Paulus
mengatakan bahwa ada keterbatasan untuk melayani Tuhan jika kita
menikah. "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada
janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan
seperti aku." (1Ko 7:8).

Orang yang tidak menikah secara khusus harus memandang Allah sebagai
sumber kekuatannya. Sangat mudah pada masa sekarang ini untuk orang
yang tidak menikah terjerumus dalam perzinahan. Kalau Allah
memberikan karunia hidup sendiri, maka Dia juga akan memberikan
kekuatan untuk hidup dengan moral yang baik dan benar yang akan
membawa kesaksian yang indah bagi-Nya.

4. Orang yang Bercerai

Perceraian bukanlah dosa yang tidak bisa diampuni. Allah masih
mengasihi orang yang telah bercerai. Namun ia akan sangat bersalah
jika dia tidak mencari dan menerima anugerah pengampunan dari Allah.
Bagaimanapun perceraian bukanlah cara tepat untuk menangani masalah
pernikahan. Perceraian melemahkan semangat, menghancurkan impian-
impian dan mencerai-beraikan keluarga. Perceraian juga melemahkan
kehidupan sebagai akibat dari kesepian, kepedihan, dan kedukaan.
Perceraian merupakan pengumuman secara hukum di hadapan umum tentang
kehancuran suatu keluarga. Hal ini jahat di mata Tuhan, Pencipta dari
suatu keluarga. "Aku membenci perceraian," firman Allah dalam ayat
Mal 2:16! Bacalah juga Mar 10:2-12 untuk belajar apa yang Yesus
ajarkan tentang perceraian. Secara positif Tuhan Yesus mengatakan
bahwa pernikahan adalah dari Allah dan tidak boleh dihancurkan.

5. Jika Hanya Satu yang Kristen

Kita sudah mempelajari pentingnya memilih seorang Kristen sebagai
pasangan hidup. Namun kadang-kadang seseorang menikah dengan pasangan
yang tidak seiman. Mungkin saja pasangannya itu akan diselamatkan
setelah menikah, tapi yang jelas ia telah membuat suatu pilihan tanpa
memperhatikan dengan serius pada rencana Allah. Dalam 1Ko 7 Paulus
berbicara tentang menikah dengan orang yang belum diselamatkan. Dalam
ayat 1Ko 7:15 dia mengingatkan kepada kita, "Tuhan memanggil kamu
untuk hidup dalam damai sejahtera." Orang Kristen yang memiliki
pasangan yang belum diselamatkan memunyai tanggung jawab besar untuk
mempraktekkan prinsip-prinsip kekristenan tanpa dukungan dari
pasangannya. Dalam hal ini, orang Kristen tersebut harus ingat untuk
tetap berhubungan dengan kasih, lemah lembut, dan rendah hati dengan
pasangannya. Petrus secara khusus berbicara kepada seorang istri yang
suaminya belum diselamatkan, mendorongnya untuk hidup dengan jalan
yang memungkinkan bisa membawa suaminya untuk mengenal Tuhan (1Pe
3:1).

Paulus memerintahkan pada pihak yang Kristen untuk tidak menghancurkan
pernikahan, tapi membebaskan pihak Kristen dari tanggung jawab jika
pasangannya yang belum percaya tersebut meninggalkannya. Bacalah
1Ko 7:12-15. Ketika pasangannya memilih untuk pergi, orang Kristen
tersebut memiliki kebutuhan yang besar akan kasih dan dukungan dari
lingkungan Kristen.


B. KELUARGA DAN MASYARAKAT

Ayat Hafalan

"...Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;...
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"
(Yos 24:15).

Ketika Yosua dan umat Israel mengamati Tanah Perjanjian, mereka
mempunyai pilihan yang harus dipilih.

a. Mereka bisa melayani allah nenek moyang mereka dulu.
b. Mereka bisa melayani allah asing di tanah baru yang mereka
masuki.
c. Mereka bisa melayani satu-satunya Allah yang benar yang menyatakan
diri-Nya pada umat Israel dan membebaskan mereka dari perbudakan.

Anda pun memiliki beberapa pilihan, khususnya untuk mengikuti atau
tidak mengikuti budaya atau adat yang berlaku di tempat Anda tinggal.

1. Upacara Pernikahan

Sebuah pernikahan Kristen dimulai dengan persetujuan antara dua
keluarga bersama dengan sumpah dan khalayak ramai. Ini adalah saat
yang indah untuk menjadi saksi di lingkungan masyarakat Anda. Dalam
pernikahan Kristen, sebuah upacara pernikahan hendaknya menjadi
kesaksian dari iman dalam Tuhan dan komitmen Anda pada pasangan Anda.
Anda punya kesempatan yang unik bagi penafsiran secara Kristen
tentang nilai-nilai budaya.

Hati-hatilah dalam mempersiapkan pernikahan, buatlah sederhana supaya
tidak memberi kesaksian yang buruk untuk nama Tuhan. Tujuan dari
pernikahan Kristen adalah untuk memuliakan Allah, bukan untuk membuat
orang lain kagum. "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya
tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12:15).

Pasangan yang baru saja menikah kadang-kadang terjebak untuk terlibat
dalam hutang karena harus membayar biaya pernikahan yang mahal, hadiah
untuk anggota keluarga, bahkan akhirnya ikut membantu kebutuhan
keluarga, baik keluarga suami atau istri. Bicarakan terlebih dahulu
dengan pasangan Anda dan putuskan apa yang terbaik dengan uang yang
ada. Belajarlah untuk hidup sederhana dan bertanggung jawab.

2. Keluarga Besar/Sanak Saudara

Ketika hari pernikahan tiba, terjadi perubahan; si pria dan wanita
yang dulu hidup dengan ayah dan ibu mereka, sekarang harus
menggabungkan diri untuk mendirikan keluarga yang baru. Kasih dan
kesetiaan mereka yang pertama sekarang adalah untuk pasangan mereka.
Alkitab mengatakan, "...laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya
dan akan bersatu dengan istrinya, sehingga mereka akan menjadi satu
daging." (Mat 19:5). Curahkan semua simpati, penghiburan dan
persahabatan yang Anda inginkan pada pasangan Anda, supaya hubungan
yang intim dan dalam terbentuk. Kalau Anda bicara lebih terbuka
kepada ibu atau ayah Anda daripada dengan suami atau istri Anda, maka
Anda kehilangan sukacita yang penuh dari suatu pernikahan.

Namun hal ini tidak berarti bahwa keluarga dan sanak saudara yang
lain segera dilupakan saat upacara pernikahan selesai. Di belakang
dan di samping pasangan muda tersebut berdiri orang tua dan kakek
atau nenek, bibi dan paman, saudara laki-laki dan perempuan. Bersama-
sama, pasangan muda akan belajar untuk mengasihi dan menghargai semua
saudara baik dari pihak suami atau istri. Bersama-sama mereka akan
memberikan hormat dan kebaikan kepada para orang tua yang telah
mengasuh mereka dari masa kanak-kanak. Tanggung jawab keluarga, yang
dimiliki oleh suami atau istri secara pribadi, setelah pernikahan
akan ditanggung bersama. Jika satu pihak mempunyai adik, orang tua
yang sudah lanjut, sanak saudara yang sakit atau miskin yang harus
dibantu, maka sudah sewajarnya dengan senang hati membantu seberapa
bisa. Yang harus diingat, janganlah hal-hal tersebut memisahkan atau
merenggangkan hubungan mereka. Bekerja sama untuk saling mengasihi
dan menolong orang lain seharusnya menarik suami dan istri ke dalam
hubungan yang lebih intim satu dengan yang lain.

Rumah tangga Kristen Anda dapat menjadi contoh bagi sanak saudara dan
masyarakat. Kalau kasih Kristus dapat dilihat dalam hubungan keluarga
Anda, maka yang lain akan menginginkan bimbingan Anda. Kalau Anda
menunjukkan kedewasaan dan kepemimpinan Kristen, orang-orang di
sekitar Anda akan menginginkan Anda duduk bersama mereka dan
menjelaskan jalan hidup orang Kristen.

3. Muliakanlah Allah dalam Rumah Anda

Pergi ke gereja bersama-sama sangatlah penting. Namun pergi ke gereja
tidak bisa menggantikan kesempatan melakukan ibadah keluarga. Dalam
ibadah keluarga, setiap anggota keluarga dapat berperan. Ibadah dapat
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga untuk belajar
Alkitab, berdiskusi atau memuji dan memuliakan Allah bersama. Jika
Anda tidak merencanakan dan mempersiapkan pengalaman-pengalaman
seperti itu, maka hal-hal itu tidak akan terjadi.

Keluarga bertanggung jawab atas pendidikan rohani anggotanya. "Apa
yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun." (Ula 6:6-7). Pendidikan Kristen terdiri dari memberikan
pengajaran, koreksi, dorongan, mendisiplin secara rohani. Mungkin
yang lebih penting dan merupakan perintah secara langsung adalah
memberi contoh kehidupan Kristen, terutama bagi anak-anak. Dengan
sikap hidup Anda, bukti dari iman Anda, dan kerajinan Anda dalam
mempelajari Firman Tuhan, lebih banyak yang bisa dipelajari jika
dibandingkan dengan hanya mengajar.

Rayakanlah kebaikan Tuhan dalam keluarga Anda, demikian juga
kejadian-kejadian penting bagi anggota keluarga seperti ulang tahun,
kedatangan saudara atau teman, hari pertama sekolah, dll.. Para
anggota keluarga dapat merenungkan pekerjaan dan berkat Tuhan lalu
memberikan kesaksian bagi orang-orang di sekeliling mereka.

4. Keluarga Anda dan Gereja

"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam
terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan
darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."
(1Yo 1:7). Bacalah Ibr 10:24-25. Gereja membentuk semacam keluarga
besar yang mana seluruh anggota berhubungan seperti saudara-saudara
dalam Kristus. Gereja akan menyediakan makanan rohani, semangat untuk
bertumbuh, kesempatan untuk beribadah, bersekutu dan saling mendukung
di masa-masa sulit. Keluarga perlu berdiskusi dan merencanakan
terlibat dalam pelayanan gereja. Mereka perlu menjadi anggota dari
sekolah Minggu, kebaktian, persekutuan doa, pelayanan keluar,
pemuridan dan kegiatan-kegiatan lain. Keluarga harus merencanakan
bersama-sama untuk memberikan perpuluhan dan persembahan. Keluarga
dapat mendukung para pemimpin gereja dengan mengungkapkan sikap-sikap
yang positif dan memberikan semangat. Keluarga-keluarga di gereja
akan mempunyai hubungan yang dekat saat mereka ingat untuk saling
mendoakan.

5. Keluarga Anda dan Orang Lain

Selain dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang telah
dibicarakan, suatu keluarga hendaknya juga berhubungan baik dengan
para tetangga, teman, orang-orang yang kekurangan, orang asing, rekan
sekerja, pemerintah, pegawai di sekolah, dan masih banyak lagi yang
lain. Sama seperti tiap orang percaya diperintahkan untuk melayani,
demikian juga keluarga. Alkitab menekankan bahwa apapun yang Anda
lakukan, lakukanlah untuk kemuliaan Tuhan. "Jika engkau makan atau
jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1Ko 10:31). "Dan
segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap
syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kol 3:17).

MANUSIA DAPAT MENEMUKAN SUKACITA DAN KEPUASAN JIKA DIA MENGATUR
HIDUPNYA MENURUT RENCANA ALLAH


DOA

"Bapa, tolonglah keluarga kami agar dapat menjadi saksi-saksi-
Mu yang memuliakan Engkau melalui kegiatan hidup kami sehari-
hari. Kiranya kasih karunia-Mu memancar melalui kehidupan kami
dan keluarga kami sehari-hari. Amin"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar