Jumat, 14 Agustus 2009

Peran suami dan istri

DAFTAR ISI

A. SUAMI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN
Ayat Hafalan
1. Kasih yang Rela Berkorban
2. Pemeliharaan dan Perlindungan
3. Penghargaan dan Penghormatan
4. Kepemimpinan
5. Sukacita dan Berkat

B. ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTE
Ayat Hafalan
1. Penolong dan Teman
2. Kerendahan Hati
3. Perhatian terhadap Kecantikan dari Dalam
4. Merawat Seisi Rumahnya

C. BERTUMBUH DALAM MASALAH
Ayat Hafalan
1. Pertentangan/Konflik
2. Apakah yang Menyebabkan Pertentangan?
3. Tanggapan Terhadap Pertentangan
4. Hubungan Secara Pribadi dalam Pernikahan
5. Langkah-langkah dalam Menangani Pertentangan/Konflik

DOA

______________________________________________________________________

SUAMI/ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN
====================================

A. SUAMI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

Ayat Hafalan

"Hai, suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efe 5:25).

1. Kasih yang Rela Berkorban

Tanggung jawab pertama dari seorang suami dalam pernikahan adalah
mengasihi istrinya. "Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia." (Kol 3:19). Kata yang
digunakan Efe 5 untuk "kasih" suami kepada istrinya adalah kata yang
sama untuk mengungkapkan "kasih" Allah kepada umat-Nya. Kasih ini
adalah kasih yang terus memberi meskipun tidak menerima imbalan.
Kasih ini hanya mencari apa yang baik bagi yang dikasihinya, tanpa
mempedulikan biaya dan pengorbanan secara pribadi. Sebagaimana
kesatuan pernikahan dalam kitab Kejadian merupakan gambaran dari
kasih Allah, hubungan suami istri dalam Efe 5 merupakan gambaran
Kristus dan gereja-Nya.

Kita bisa mengerti dengan lebih baik bagaimana suami hendaknya
mengasihi istrinya ketika kita melihat Kristus mengasihi gereja-Nya.
Dari Efe 5:21-22, buatlah daftar tentang ciri khas dari kasih Kristus
terhadap gereja-Nya. Kemudian, dari ayat-ayat yang sama, buatlah
daftar yang menunjukkan tanggung jawab sang suami dalam mengasihi
istrinya.

2. Pemeliharaan dan Perlindungan

Alkitab tidak mengistimewakan suami lebih dari istri. Peran suami
berpusat pada tanggung jawab, dan menyediakan kebutuhan istrinya
seperti yang disebutkan dalam Efe 5:28-29. Suami dikatakan harus
memberikan kepada istrinya perhatian yang sama seperti kepada
tubuhnya sendiri. Hal ini termasuk menyediakan materi, makan dan
kebahagiaan pada sang istri. Daftarlah kebutuhan yang dimiliki istri
Anda; secara fisik, sosial budaya, emosi, dan rohani.

3. Penghargaan dan Penghormatan

"...hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih
karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1Pe 3:7).
Para suami seharusnya tidak merendahkan, mengejek dan berbicara kasar
terhadap istri di hadapan orang banyak. Baik secara pribadi maupun di
hadapan umum, seorang suami harus menunjukkan hormat dan penghargaan
kepada istrinya. Suami yang gagal untuk mengasihi dan memberikan
perhatian terhadap istrinya, doanya akan terhalang.

4. Kepemimpinan

"...Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." (Efe 5:23). Alkitab
tidak menekankan kekuasaan secara diktator, melainkan adanya
kepemimpinan. Menjadi kepala keluarga tidak berhubungan dengan
kelemahan atau kekuatan. Kepala keluarga adalah kedudukan pelayanan
yang khusus supaya suatu pernikahan boleh berkembang dan bertumbuh.
Sang suami memberikan contoh dari kehidupan Ilahi.

"...pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;...Tetapi
aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
(Yos 24:15). Pelajarilah bagaimana Yosua memberikan kepemimpinan
secara rohani kepada keluarganya. Kepemimpinan rohani termasuk
memberikan nasihat dan petunjuk berdasarkan firman Allah. Sang suami
memimpin dalam membuat keputusan di keluarga. Dia melibatkan istrinya
dalam doa dan dalam usaha pencapaian persetujuan. Kepemimpinan adalah
suatu tanggung jawab yang berat bagi seorang suami. Dia tidak bisa
menanggungnya sendiri. Kunci untuk menjadi pemimpin di rumah
disebutkan dalam: "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur
menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh."

5. Sukacita dan Berkat

Dari beratnya tanggung jawab yang dibebankan atas suami, sangat
mungkin baginya untuk menyerah dan melupakan bahwa Allah bermaksud
mengadakan pernikahan untuk kebaikan dan kesukaan. Ketika pernikahan
dilaksanakan sesuai dengan rencana Allah - yaitu dengan kasih,
perhatian, kelembutan, penghargaan dan penghormatan - upahnya adalah
sukacita dan berkat-berkat. Bacalah 1Pe 3:8-12, Rom 12:17,
1Te 5:15, 1Ko 4:12. Seorang yang percaya harus memberi berkat supaya
dapat menerima berkat dari Tuhan.

Seorang suami hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1. Apakah kelebihan istri yang bisa saya puji?
2. Dengan cara apa saya bisa menjadi berkat bagi dia?
3. Dalam hal apa saya bisa berterima kasih kepada istri saya?
4. Dalam kehidupan istri saya, hal khusus apa yang harus saya
doakan agar Tuhan memberkatinya?

Dengan suatu sikap dan tindakan yang menanggapi segala sesuatu
sebagai berkat, maka "hari-hari yang baik dan hidup yang diberkati"
bersama sang istri akan diberikan Tuhan kepada suami.

B. ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN

Ayat Hafalan

"Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga
daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak
akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan
tidak berbuat jahat sepanjang umurnya,." Ams 31:10-12.

1. Penolong dan Teman

Kej 2:18-23 menunjukkan kehendak Tuhan atas seorang istri, yaitu
sebagai penolong dan teman. Istri akan menjadi teman, penghibur dan
pelengkap bagi suaminya. Kerinduan istri haruslah untuk membangun dan
mengungkapkan kepercayaan diri atas kemampuan suaminya, mendorong dan
menunjukkan penghargaan pada suaminya, percaya pada kebijaksanaan dan
menunjukkan penghormatan pada suaminya, menolong suami meraih segala
keberhasilan, mendengarkannya dengan lembut dan mengagumi suami,
berdiri di samping sang suami dalam keadaan apapun. Sang istri akan
menolong suami merasa aman dengan mengasihinya.

2. Kerendahan Hati

Kerendahan hati adalah istilah Alkitab yang digunakan dalam semua
hubungan. Saling merendahkan diri satu dengan yang lain adalah suatu
sifat dalam kekristenan dan sebagai akibat dari kepenuhan Roh Kudus.
Merendahkan diri adalah dengan sukarela mengangkat orang lain di atas
diri Anda sendiri untuk melayaninya. Suami istri hendaknya saling
merendahkan diri, saling mengangkat, dan saling melayani. Paulus
memulai suatu diskusi tentang tanggung jawab pernikahan setelah dia
menyatakan prinsip-prinsip umum tentang merendahkan diri. "dan
rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan
Kristus" Efe 5:21.

Di dalam hubungan pernikahan, kerendahan hati membuat dua pribadi
bisa berfungsi sebagai satu tubuh, saling melengkapi dan bukannya
saling bersaing. Efe 5:21-23 menunjukkan bagaimana Yesus telah
menjadi model bagi tanggung jawab seorang suami atau istri. Yesus
telah merendahkan diri dan taat kepada Bapa dan melepaskan segala hak
yang Dia punya (Fil 2:6). Begitu juga, hendaknya sang istri taat dan
merendahkan diri kepada suaminya. "Hai isteri-isteri, tunduklah
kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." (Kol 3:18).

Kerendahan hati yang sejati menurut Alkitab adalah merupakan kesukaan
sang wanita yang kreatif yang berusaha menemukan bagaimana dia bisa
menunjukkan kepada suaminya bahwa dia menghormati, mengagumi dan
bergantung padanya. Ini berarti bahwa sang istri akan menjadi lebih
tertarik kepada kebutuhan suami daripada kebutuhannya sendiri.

Ketaatan dan kerendahan hati sang istri pada suaminya bisa terlihat
dengan baik ketika dia mendorong peran kepemimpinan sang suami dan
tidak pernah berusaha untuk menghancurkan, memudarkan, dan melemahkan
atau menguranginya.

3. Perhatian Terhadap Kecantikan dari Dalam

Dalam 1Pe 3:1-4, Petrus mendorong istri untuk mengembangkan kecantikan
dari dalam yang mencerminkan kewanitaan, kelembutan, perhatian dan
kasih. Petrus tidak mengatakan pada para wanita bagaimana harus
berpakaian. Dia hanya memberikan suatu prinsip: wanita yang cantik
adalah seorang wanita yang mempunyai kecantikan hati yang berupa sikap
yang murni dan hormat dan merupakan pancaran dari roh yang lembut dan
tenang.

4. Merawat Seisi Rumahnya

Seorang istri hendaknya merawat seisi rumahnya. Dia mungkin
memberikan perhatian sepenuhnya akan segala kegiatan di rumah atau
dia mungkin juga bekerja di luar rumah. Lidia, Priskila dan Dorkas
jelas bekerja di luar rumah. Jika sang istri bekerja di luar rumah,
sangatlah penting untuk menjamin keseimbangan sehingga keluarganya
tidak diabaikan. Hal ini berarti bahwa seluruh keluarga perlu untuk
memutuskan pembagian tanggung jawab seisi rumah yang efektif. Dalam
beberapa rumah tangga, mungkin ada yang memekerjakan pembantu.
Perhatian istri yang utama bukanlah mendapatkan uang melainkan
kesejahteraan suami dan anak-anaknya. Istri yang baik yang
digambarkan dalam Ams 31:10-31, sementara memberikan kasih dan
perhatian kepada suami dan anak-anaknya, ia juga bisa mencari nafkah
dan membantu orang yang memerlukan.

Berikut adalah sifat (karakter) dari seorang "istri yang baik":

a. Dia adalah pasangan yang bisa dipercaya dari suaminya.
b. Kesejahteraan suaminya menjadi perhatiannya.
c. Dia memelihara seisi rumahnya dengan makanan.
d. Dia memelihara seisi rumahnya dengan pakaian.
e. Dia mengajarkan hikmat dan kebaikan.
f. Dia murah hati kepada orang miskin dan yang memerlukan.
g. Dia seorang wanita bisnis yang baik.
h. Dia bisa meningkatkan reputasi suaminya.
i. Dia dihormati oleh suami dan anak-anaknya.
j. Dia berserah kepada Tuhan dan memberikan tempat pertama bagi-Nya.


C. BERTUMBUH DALAM MASALAH

Ayat Hafalan:

"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh
kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam
Kristus telah mengampuni kamu." Efe 4:32.

Pernikahan adalah suatu hubungan dimana dua pribadi bergabung menjadi
satu. Karena tiap pribadi adalah unik, masing-masing mempunyai
kehendak, kebutuhan dan cita-citanya sendiri, maka konflik tidak bisa
dihindari. Tapi ini hal yang wajar, bahkan baik. Bagaimana tiap
pasangan menanggapi konflik tersebut adalah hal yang lebih penting.

1. Pertentangan/Konflik

Kamus menjabarkan konflik sebagai "suatu perjuangan, pertentangan,
benturan, ketidakcocokan, dan kehendak yang bertolak belakang."
Pertentangan dapat menjadikan hubungan pernikahan bertumbuh atau
justru bisa menjadikannya menyakitkan, tidak terselesaikan, dan
menghancurkan. Banyak orang Kristen yang menghadapi masalah secara
tertutup sebab tidak ada yang mengajarkan kepada mereka cara-cara
efektif untuk mengatasinya.

2. Apakah yang Menyebabkan Pertentangan?

Bacalah Yak 4:1-3. Sebelum menikah, masing-masing pribadi sudah hidup
sendiri-sendiri selama lebih dari dua puluh tahun. Selama jangka waktu
itu, masing-masing pribadi sudah memiliki selera, pilihan, kebiasaan,
kesenangan dan ketidaksenangan, nilai-nilai dan standar sendiri-
sendiri. Persatuan dalam pernikahan tidak membuang semua perbedaan-
perbedaan ini. Mereka tidak harus meluangkan waktu, dan melakukan
segala sesuatu bersama-sama. Di sinilah setiap pasangan akan memunyai
perbedaan pendapat atau pilihan dan inilah yang menyebabkan munculnya
berbagai ketidakcocokan.

3. Tanggapan Terhadap Pertentangan

Orang-orang menanggapi konflik/pertentangan dengan cara yang berbeda.

a. Ada orang yang memilih untuk menyendiri. Mereka bisa secara fisik
meninggalkan ruangan atau tempat pertentangan. Mereka menyendiri
secara jiwa dengan tidak berbicara, dan mengabaikan pasangannya,
atau menutup diri sehingga tidak ada perkataan atau perbuatan yang
dilakukan bersama.

b. Ada orang yang merasa mereka harus menang, tidak peduli berapapun
"harganya". Karena tiap pribadi mengetahui kelemahan dan luka yang
dimiliki pasangannya, maka mereka sering menggunakannya untuk
memaksa pasangannya menyerah. "Si pemenang" mungkin menyerang harga
diri atau keadaan pasangannya supaya menang.

c. Ada orang yang mau mengalah agar berbaikan kembali dengan pasangan
mereka. Mereka menyembunyikan kemarahan dan membiarkannya tetap
tersimpan. Kepahitan dan luka hati masih ada namun tetap
melanjutkan hidup bersama sehingga masalah yang sebenarnya tetap
tak terselesaikan.

d. Ada orang yang bisa berkompromi, atau memberikan sedikit dan
mendapatkan sedikit. Kadang-kadang kompromi penting. Namun,
menggunakan cara ini agar mendapatkan sesuatu untuk diri sendiri
adalah tanggapan yang kurang baik terhadap suatu konflik.

e. Ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara
langsung dan terbuka sehingga beberapa keinginan atau ide-ide bisa
dipadukan. Mereka puas dengan jalan keluar yang sudah mereka
setujui. Mereka telah menyelesaikan pertentangan tersebut dengan
baik. Bacalah Efe 4:29-32.

4. Hubungan Secara Pribadi dalam Pernikahan

Bacalah Mat 18:15-17. Bagaimana menerapkan ayat-ayat ini dalam
pernikahan? Pengajaran dari firman ini adalah, jangan masuk dalam
situasi yang mana menimbulkan kerusakan hubungan pribadi, tapi
kerjakan yang perlu untuk memperbaiki hubungan yang rusak
(perdamaian). Perhatikanlah beberapa tindakan dan urutan sebagai
berikut:

a. Saudara dengan saudara sebagai pribadi-pribadi yang setara.
b. Jika timbul masalah maka segera harus ditangani.
c. Penyelesaian perlu bersifat pribadi - muka dengan muka.
d. Jika pertemuan secara pribadi gagal, bawalah dua atau tiga saksi
yang mempunyai kehidupan rohani yang baik. Tujuannya bukan untuk
mencari yang salah atau yang benar. Juga bukan untuk mengumpulkan
bukti-bukti untuk menyerang seseorang, melainkan untuk mendengarkan
dari dua pihak sehingga terjadi pendamaian. Membicarakan masalah
dengan kehadiran beberapa orang Kristen yang bijaksana, baik dan
murah hati dapat menciptakan suasana yang baru dalam melihat
masalah yang ada.
e. Jika hal ini masih tetap gagal, bawalah ke dalam persekutuan di
gereja. Ini bukan untuk membuka masalah di muka umum. Pesekutuan
merupakan lingkungan dimana doa, kasih dan hubungan indah secara
pribadi dijunjung tinggi. Jelas bahwa Kristus menghendaki
perdamaian dan bukan penghakiman.
f. Jika usaha ini gagal, orang tersebut adalah seperti bangsa kafir
atau pemungut cukai. Namun bukan berarti ia harus dikucilkan dan
dianggap tidak ada harapan untuk disatukan lagi. Tuhan Yesus tidak
pernah membatasi pengampunan terhadap umat manusia. Bacalah
Mat 18:21-35. Ini adalah tantangan untuk memenangkan orang dengan
kasih bahkan untuk hati yang paling keras sekalipun. Persekutuan
dalam gereja harus mampu menyatukan kembali pribadi-pribadi untuk
masuk dalam proses pendamaian.

5. Langkah-langkah dalam Menangani Pertentangan/Konflik

a. Langkah pertama dalam menangani masalah adalah memulai proses
pendamaian.

Meninggalkan atau mengabaikan masalah dengan harapan masalah itu
akan pergi dengan sendirinya tidak akan menyelesaikan masalah.
Jagalah supaya hubungan tetap hidup. "Jagalah kesatuan...
Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." (Efe 4:1-3).
Janganlah menunggu sampai pasangan Anda yang memulai proses
pendamaian tersebut. Pakailah bahasa yang tidak mengancam atau
menghakimi, seperti:

1. "Dapatkah kita berbicara tentang..."
2. "Apakah ini sesuatu yang bisa kita rundingkan?"
3. "Saya sungguh merasa putus asa tentang..."
4. "Saya kuatir tentang..."
5. "Saya akan tidak bahagia jika..."
6. "Saya tidak mengerti mengapa..."

b. Ketidakcocokan sebagai salah satu bagian dari keseluruhan
masalah. Bacalah Fil 2:1-8.

Ketika masing-masing pasangan merasa lebih berkuasa dari pada yang
lain, maka masalah tidak akan pernah bisa diselesaikan. Satu pihak
tidak bisa lebih banyak berpikir, berbicara atau menguasai yang
lain dalam menyatakan pikiran atas situasi yang sedang terjadi.
Diskusi harus terbuka sehingga tiap pihak bisa menyumbangkan
idenya secara seimbang dan dihargai untuk menemukan jalan keluar
yang menguntungkan.

c. Tukarlah posisi.

Rela melihat situasi yang terjadi menurut pendapat pasangan kita
akan menolong memberi pengertian bagaimana hal itu mempengaruhi
pernikahan. Masalahnya akan bisa diselesaikan jika mereka memiliki
sikap lemah lembut dan saling menghargai perasaan orang lain.
Bacalah Kol 3:12-17.

d. Tanganilah masalah satu persatu.

Kadang-kadang salah satu pihak mencoba mengalihkan tanggung jawab
dengan menyebutkan masalah yang lain atau menyalahkan pasangan
mereka. Fokuskan untuk menangani masalah yang ada. Jangan mencoba
menyelesaikan masalah-masalah lain, baik yang ada hubungannya atau
tidak. Anda bisa menanggapinya dengan mengatakan, "Anda mungkin
benar tentang hal itu, tetapi sekarang ini kita sedang
membicarakan tentang..."

e. Seranglah masalahnya dan jangan orangnya.

Terlalu banyak pasangan yang saling menyerang dengan sindiran-
sindiran, penghinaan dan ungkapan-ungkapan yang menyakitkan.

1. "Kamu selalu...";
2. "Kamu tidak pernah..." atau;
3. "Kenapa kamu tidak bisa...";

Kalimat di atas berarti Anda sedang menyerang orangnya. "Karena
dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan
dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu." (Mat 7:2, Rom 2:1). Pelajarilah bagaimana memberitahu
pasangan Anda tentang perasaan Anda. Jangan melempar sebuah batu
pada mereka.

f. Minta pertolongan dari para pembawa damai yang penuh roh.

Allah sudah menempatkan orang-orang dalam persekutuan di gereja
yang memiliki karunia sebagai pembawa damai. Sang pembawa damai
hendaknya seseorang yang tidak mudah dipengaruhi dan adil, dan
dapat melihat kedua sisi. Sang pembawa damai dapat menurunkan nada-
nada yang merusak komunikasi dan menolong kedua pasangan untuk
menuju pada perdamaian.

g. Maafkan dengan segenap hati.

Kalau Anda sudah menerima Kristus sebagai Juru Selamat, Anda sudah
mengalami pengampunan yang dari Allah. Kemudian Anda pun mempunyai
kemampuan untuk mengampuni diri sendiri dan orang lain

(Kol 2:13, Kol 3:13). Bacalah 1Pe 2:21-24. Pengampunan terjadi jika
kasih rela menerima luka dan kesengsaraan hidup dan mengabaikan
semua tuduhan terhadap yang lain. Pengampunan adalah menerima orang
lain ketika dia sudah melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Pengampunan bukanlah menerima dengan syarat bahwa orang yang
diampuni itu harus melakukan sesuai kehendak kita. Pengampunan
diberikan secara cuma-cuma, dengan kesadaran bahwa si pemberi maaf
tersebut juga mendapatkan maaf secara terus-menerus. Pengampunan
adalah suatu hubungan antara dua pribadi yang setara yang menyadari
bahwa mereka saling memerlukan. Tiap orang memerlukan pengampunan
dari yang lain. Tiap orang perlu untuk diterima oleh yang lain.
Tiap orang perlu orang lain. Demikian juga, di hadapan Allah,
setiap orang menghentikan tuduhan, menolak semua penghakiman secara
sepihak, dan mengampuni. Mengampuni sebanyak "tujuh puluh kali
tujuh" seperti yang dikatakan Yesus dalam Mat 18:21-22.


DOA

"Ya Allah, terima kasih untuk suami (istri) yang Engkau berikan
kepadaku. Tumbuhkan dalam hati kami masing-masing kasih sejati
yang dari pada-Mu supaya ketika kami mengalami konflik kami bisa
terus belajar untuk saling mengasihi dan mengampuni. Amin"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar